hujan salju jatuhan + birdtwet



kode kunci blog

tulisan bergerak

welcome to my blog.. thank you for visiting my blog, I hope to give you all the inspiration, before dropping out of this blog do not forget to follow my blog I am going to follow behind, thank you :) Cartoons Myspace Comments
Blogs are "alive" for me. . . and this is my style. . . I want to do something, it's all what I like, do not you protest! hohohohoo :-)) "People may laugh at what we make today, maybe they think its not important, but we do not know one day it will all be something very unusual thing in the future later..." with through this blog spirit, knowledge, ideas, and we can fight for it here. . . Do not ever be afraid to try something new, do it if you think it is a good thing for you, okey :-)) . . .And Do what you can do. . . Do not ever give up and never fear to fail. . . because of the failure will not make dreams we want to be an end of our lives and Learn from a failure because a failure is a path where we will be successful someday! continued enthusiasm and desire Reach as high as the stars in the sky :-))

WELCOME love



hi + kursor nama


wow


cursor gelembung

Jumat, 23 September 2011

Pemeriksaan Golongan Darah Cara Bioplate

Praktek Hematalogi

Pemeriksaan Golongan Darah Cara Bioplate


Foto tersebut di ambil pada waktu praktek Hematologi tadi. he :)

Pemeriksaan Spermatozoa

Praktek Kimia Klinik

Pemeriksaan Spermatozoa

                                          Sampel : Sperma



                                          Pergerakan Sperma




                                          Pemeriksaan Metode Giemsa




                                          Pemeriksaan Dengan Lar. Eosin



                                          Sperma Abnormal 
Aku baru liat sperma ini  mempunyai 3 (tiga) buah kepala , kebanyakan biasanya cuma berkepala 2 (dua) hihihii,, asikk :)
Foto tersebut di ambil pada waktu praktek Kimia Klinik tadi. he :)

Pemeriksaan Spermatozoa

Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma

B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa

A. Pemeriksaan Makroskopis

1. Likuefaksi (pencairan)
   Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan diantara lendir putih yang cair. Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain enzim seminin. Untuk sperma yang normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20 menit.

Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti terjadi gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.

2. Pemeriksaan Viscositas (Kepekatan)
    Setelah terjadi likuefaksi, biasanya cairan sperma menjadi homogen, tetapi tetap menunjukkan suatu sifat kepekatan. Untuk mengukur suatu viscositas dari sperma yang termudah dengan jalan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik, maka akan terjadi benang yang panjangnya antara 3-5 cm. makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viscositasnya. Ada suatu cara yang lebih tepat untuk mengukur suatu viscositas dengan mempergunakan suatu pipet standar yang disebut Pipet Elliasson. Pipet ini mempunyai volume 0, 1 ml.

Prosedur :
- Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
- Kemudian tekanan dilepaskan.
- Tetesan pertama diukur dengan stopwatch.

Normal : 1-2 detik

Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat kurang berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang < 3 cm) maka zat koagulasi yang dihasilkan oleh vesicula seminalis terlalu sedikit atau enzim likuefaksi dari prostat terlalu banyak.

3. pH sperma
   pH sperma cukup diukur dengan kertas lakmus, kecuali jika dalam suatu penelitian dapat dipergunakan alat elektrik. pH sperma yang normal menunjukkan sifat yang agak basa, yaitu : 7,2-7,8 dan pemeriksaan harus segera dilaksanakan setelah likuefaksi, karena pH sperma akan berubah bila sperma dibiarkan.

Makna klinis :
Bila pH > 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada pH < 7,2 disebabkan gangguan pada vesicula seminalis atau ductus ejakulatorius.

4. Bau sperma
    Bau sangat merangsang dan khas. Bau normal : khas seperti bunga akasia. Orang barat mengatakan bau seperti : Chesnut Flower atau Flower of the Charob tree. Bau yang khas itu diperkirakan disebabkan oleh oksidasi spermin yang diproduksi oleh prostat. Adanya perubahan bau yang khas dari sperma dapat dihubungkan dengan kemungkinan adanya kelainan dari kelenjar tersebut.

Makna klinis :
Bau busuk pada sperma disebabkan oleh adanya infeksi. Bau yang tidak khas dilaporkan seperti amis, pesing dan berbau obat-obatan.

5. Warna sperma
   Pengamatan warna dilakukan dengan menggunakan latar belakang warna putih dengan penerangan yang cukup. Warna normal : seperti warna lem kanji cair (translucens) atau putih keabuan. Warna kekuningan sering juga terlihat akibat dari pantangan yang lama atau pengaruh obat-obatan atau makanan tertentu. Kejernihan atau kekeruhan sperma sering pula menunjukkan hubungan konsentrasi sperma. Warna sperma yang jernih sering menunjukkan azoospermia.

Makna klinis :
Warna abnormal jika warna kemerahan menunjukkan hemospermia dan putih susu menunjukkan leukospermia.

6. Volume sperma
   Sperma di tampung seluruhnya dalam botol kaca yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi, volumenya diukur dengan gelas ukur yang berskala 0,1-10 ml.

Normal : di Indonesia volume sperma berkisar antara 2-3 ml.

a. Aspermia : tidak ada spermatozoa dan tidak ada plasma semen, volume 0 ml.
b. Hypospermia : volume < 1 ml
c. Normospermia : volume 1-6 ml
d. Hyperspermia : volume > 6 ml

B. Pemeriksaan Mikroskopis
      Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira 20 menit setelah dikeluarkan.

1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
    a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk pembuahan. Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian tengah itu dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.

    b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas spermatozoa, yaitu :
- Spermatozoa Motilitas Baik.
  Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.

- Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.

- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.

- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.

- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi motilitas dengan arah melingkar.

- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur.

- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain (aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu.

- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.

- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.

- Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.

2. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
  • Sperma diteteskan dengan pipet

Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar.

  • Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas

Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas objek.

  • Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat

Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.

3. Motilitas Sperma
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas) spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.

Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).

Alat : 
- Objek Glass
- Pipet tetes
- Cover glass 
- Mikroskop

Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass. Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
   • Bergerak aktif (%)
   • Bergerak tidak aktif (%)
   • Tidak bergerak (%)

4. Pemeriksaan Vitalitas Spermatozoa
    Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak cocok, spermatozoa tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika baik, ada kemungkinan spermatozoa bergerak lagi. Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan pengecatan vital atau vital staining. Cara ini digunakan untuk memastikan diagnosa nekrozoospermia.

Metode : Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
Tujuan   : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.

Prinsip  : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.

Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot

Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %

Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan hasil dinyatakan dalam persen ( % ).

Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna

Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.


Pemeriksaan Liquor Cerebro Spinalis

Praktek Kimia Klinik
Liquor Cerebro Spinalis / Cairan Otak




Foto tersebut di ambil pada waktu praktek Kimia Klinik tadi. he :)


Pemeriksaan Liquor Cerebro Spinalis / Cairan Otak

Parameter pemeriksaan pada cairan otak adalah sebagai berikut :

A. Makroskopik
- Warna
- Kekeruhan (Kejernihan)
- Bekuan
- BJ
- pH

B. Mikroskopik
- Hitung Jumlah Sel
- Hitung Jenis Sel (Diff.Count)

C. Kimiawi
- Uji Pandy
- Uji Nonne Apel

A. Makroskopik
     Metode : Visual (Manual)
     Tujuan  : Untuk mengetahui warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ dari cairan otak

Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi
- Beaker gelas
- Kertas pH 

Spesimen : Cairan LCS

Cara Kerja :
  • Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
  • Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
  • Dicelupkan indikator pH pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH.

B. Mikroskopik

1. Hitung Jumlah Sel
    Metode : Bilik Hitung / Kamar Hitung (improved neubaure)
    Tujuan   : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.

Prinsip  : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop.


Alat dan Reagensia :
- Mikroskop
- Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit
- Tissue
- Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL.

Spesimen : LCS

Cara Kerja :
  • Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
  • Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
  • Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
  • Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.



2. Hitung Jenis Sel
    Metode : Giemsa Stain
    Tujuan : Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS

Alat dan Reagensia :
- Objek Gelas
- Sentrifuge
- Tabung reaksi
- Metanol 
- Giemsa
- Stopwacth

Spesimen : LCS

Cara Kerja :
  • Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
  • Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
  • Supernatant dibuang dan endapan diambil.
  • Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
  • Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
  • Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
  • Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
Nilai Normal : MN 100% dan PMN 0%


C. Kimiawi

1. Uji Pandy
    Metode : Pandy
    Tujuan   : Untuk mengetahui adanya protein dalam LCS

Prinsip : Protein dalam larutan jenuh phenol akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terjadi endapan putih.

Alat dan Reagensia :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Larutan Pandy : phenol 10 mL dan aquadest 90 mL. (larutan bila keruh disaring atau dibiarkan mengendap sisa jenuhnya)

Spesimen : LCS

Cara Kerja :
  • Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
  • Ditambah beberapa tetes larutan Pandy.
  • Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.

Nilai Normal :
- Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih
- Positif : terbentuk kekeruhan putih.

2. Uji Nonne Apel
    Metode : Nonne Apel
    Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein jenis globulin dalam LCS

Prinsip : Protein dalam larutan jenuh garam ammonium sulfat akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terbentuka endapan.

Alat dan Reagensia :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Larutan Nonne : Ammonium sulfat jenuh 80 gram dalam 100 mL aquadest. (disaring bila keruh)

Spesimen : LCS

Cara Kerja :
  • Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
  • Ditambah beberapa tetes larutan Nonne Apel melalui dinding tabung dengan kemiringan 45°.
  • Amati adanya cincin putih keruh pada kedua lapis larutan tersebut pada posisi tegak.

Nilai Normal :
- Negatif : tidak terbentuk cincin putih
- Positif : terbentuk cincin putih.


Bakteri Urine

Praktek Bakteriologi

Bakteri Urine

Foto tersebut di ambil pada waktu praktek Bakteriologi tadi. he :)

Kamis, 22 September 2011

Darah


DARAH


Pengertian
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain karena berada dalam konsistensi cair, beredar dalam pembuluh darah untuk menjalankan fungsi transport berbagai bahan didalam tubuh manusia. Darah merupakan jaringan yang unik, karena merupakan suatu jaringan yang bersentuhan dengan hampir seluruh jaringan tubuh. 

Volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter, darah terdiri atas sel-sel, pecahan-pecahan sel dan suatu larutan bersifat cair yaitu plasma. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel-sel darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu :

1. Plasma darah, bagian cairan darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, protein darah dan sebagian kecil glukosa dan sisa metabolisme protein.

2. Butir-butir darah (blood corpuscles) yang terdiri atas sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), serta sel pembeku darah (thrombocyte/platelet).

Eritrosit merupakan sel terbanyak dalam darah. Leukosit dan trombosit walaupun secara fungsional sangat esensial, tapi hanya merupakan sebagian kecil saja dari darah secara keseluruhan. Komponen utama plasma darah adalah air, elektrolit dan protein. Protein yang terlarut meliputi : Albumin, globulin (alfa globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protrombin, asam amino dan polipeptida lainnya.

Darah yang beredar dalam sirkulasi tubuh merupakan gambaran kondisi tubuh dan metabolisme tubuh, misal : meningkatnya jumlah leukosit menandakan adanya radang atau infeksi, perdarahan yang tidak berhenti menandakan adanya defisiensi faktor pembekuan darah dan menurunnya kadar hemoglobin menandakan anemia. Dalam darah dapat di analisis zat-zat terlarut sebagai penanda kelainan tubuh.

Sifat Fisika Darah
Darah normal bersifat sedikit alkali dengan rata-rata pH 7,4 atau berkisar antara 7,35 - 7,45. Berat jenis (BJ) darah berkisar antara 1.045 – 1.075 (air murni BJ = 1.000) tergantung kandungan dan komposisi protein dalam darah. Jumlah darah total dalam tubuh bervariasi dari 1/12 sampai 1/14 dari berat badan dengan rata-rata 1/13,5 dari berat badan. Darah berwarna merah karena kandungan hemoglobin pada setiap sel eritrosit, namun apabila dibiarkan mengendap maka akan terpisah menjadi dua bagian yaitu : bagian padata berupa sel yang berwarna merah dibagian bawah dan cairan plasma bening berwarna kuning.

Fungsi Darah
Darah mempunyai berbagai fungsi di dalam tubuh yaitu :
1. Respirasi, sebagai media transportasi dengan membawa oksigen (O2) dari paru ke jaringan dan membawa CO2 dari jaringan ke paru.
2. Nutrisi, membawa sari makanan.
3. Ekskresi, mengangkut zat sisa-sisa metabolit menuju ginjal dan paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh.
4. Pengaturan suhu tubuh melalui distribusi panas.
5. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.
6. Pengaturan asam basa / pH darah.
7. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi
8. Mekanisme sistem antibodi dan penolakan jaringan asing.
9. Mekanisme faal hemostasis.
10. Darah mentransfer hormon dan vitamin ke sel untuk mengatur proses metabolisme di dalam sel.

Sabtu, 17 September 2011

Pemeriksaan Glukosa Urine

Pemeriksaan Glukosa Urine


Dasar Teori :
Adanya glukosa dalam urine di sebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu di atur oleh 2 faktor yaitu :

  • Kadar zat glukosa di dalam urin
  • Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin. ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180 mg% . gejala glukouria itu akan terjadi jika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal . ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa yang juga terdapat pada penyakit diabetes.

Tujuan Pemeriksaan :

Untuk menentukan adanya glukose dalam urin secara semi kuantitatif


Prinsip Pemeriksaan :
Gukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di perkirakan kadar glukosa dalam urin


Bahan Pemeriksaan :
Urine segar


Alat dan Reagen :

  • Alat      : Tabung reaksi, pipet, penangas air / lampu spiritus, penjepit tabung
  • Reagen : Reagen Benedict
Cara Pemeriksaan :

  • Masukkan 5ml atau 2,5ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
  • Teteskan 8 tetes urin kedalamnya (untuk 5ml reagen) atau 4 tetes urin (untuk 2,5ml reagen)
  • Masukkan tabung ke dalam penangas air selama 5 menit atau panaskan di tas nyala lampu api spiritus sampai terbentyk gelembung
  • Angkat dan kocok isi tabung lalu di dinginkan
  • Setelah dingin, baca hasil reaksinya dengan terlebih dahulu mengosok isi tabung
Pelaporan Hasil Pemeriksaan :

  • Negatif (-) : bila larutan tetap berwarna biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
  • Positif (+)  : bila larutan berwarnahijau kekuning-kuningan dan keruh, kadar glukosa 0,5-1gr%
  • (+ +) 2+    : bila larutan berwarna kuning keruh, kadar glukosa 1-1,5 gr%
  • (+ + +) 3+ : bila warna larutan jingga atau warna lumpur keruh, kadar glukosa 2-3,5gr%
  • (++++) 4+ : bila wana merah keruh, kadar glukosa >3,5 gr%  

Sumber kesalahan :

  • Terlalu lama memanaskan
  • Urine yang di teteskan terlalu banyak
  • Sebelum dibaca, tabung tidak di kocok terlebih dahulu sehingga rekasi tabung tidak merata

Sumber : Catatan Laporan Kimia Klinik 2010

Sirosis Hati

Sirosis Hati  

      Sirosis Hepatis
Sirosis Hati adalah kemunduran fungsi liver yang permanen yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Perubahan histopatologi yang terjadi menyebabkan peninggian tekanan pembuluh darah pada sistem vena porta. Sebagai akibat dari peninggian tekanan vena porta, terjadi varises esophagus dan bila pecah terjadi muntah darah warna hitam (hematemesis).

Sirosis hepatic adalah penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi seluruh pembuluh darah besar dan seluruh system arsitektur hati  mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan fibrosis disekitar parenkim hati  yang mengalami regenerasi.

Penderita sirosis hepatic lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan rata-rata umur terbanyak yan g mengalami adalah usia 30 – 59 tahun.
      
      Penyebab sirosis hepatis
1. Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutam didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keterautran dari konsumsi alkohol. Konsumis alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari individu-individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces minuman keras (hard liquor) atau atau yang sama dengannya untuk 15 tahun atau lebih akan mengembangkan sirosis. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke sirosis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merujuk pada suatu spektrum yang lebar dari penyakit hati yang, seperti penyakit hati alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana (simple steatosis), ke nonalcoholic steatohepatitis (NASH), ke sirosis. Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-jumlah alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek, gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat terlihat pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan. NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin, yang pada gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan diabetes mellitus tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD adalah penyakit hati yang paling umum di Amerika dan adalah bertanggung jawab untuk 24% dari semua penyakit hati.

2.     Sirosis Kriptogenik, Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang umum untuk pencangkokan hati. Di-istilahkan sirosis kriptogenik (cryptogenic cirrhosis) karena bertahun-tahun dokter-dokter telah tidak mampu untuk menerangkan mengapa sebagain dari pasien-pasien mengembangkan sirosis. Dokter-dokter sekarang percaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan oleh NASH (nonalcoholic steatohepatitis) yang disebabkan oleh kegemukan, diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang tetap bertahan lama. Lemak dalam hati dari pasien-pasien dengan NASH diperkirakan menghilang dengan timbulnya sirosis, dan ini telah membuatnya sulit untuk dokter-dokter untuk membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu waktu yang lama. Satu petunjuk yang penting bahwa NASH menjurus pada sirosis kriptogenik adalah penemuan dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada hati-hati yang baru dari pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati untuk sirosis kriptogenik. Akhirnya, suatu studi dari Perancis menyarankan bahwa pasien-pasien dengan NASH mempunyai suatu risiko mengembangkan sirosis yang serupa seperti pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis C yang tetap bertahan lama. Bagaimanapun, kemajuan ke sirosis dari NASH diperkirakan lambat dan diagnosis dari sirosis secara khas dibuat pada pasien-pasien pada umur enampuluhannya.

3.  Hepatitis Virus Yang Kronis adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-pasien dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis dan sirosis. Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan hepatitis A sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa mengembangkan infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya, beberapa pasien-pasien yang terinfeksi dengan virus hepatitis B dan kebanyakan pasien-pasien terinfeksi dengan virus hepatitis C mengembangkan hepatitis yang kronis, yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada sirosis, dan adakalanya kanker-kanker hati.

4.      Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakkan jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada hemochromatosis, pasien-pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari makanan. Melalui waktu, akumulasi besi pada organ-organ yang berbeda diseluruh tubuh menyebabkan sirosis, arthritis, kerusakkan otot jantung yang menjurus pada gagal jantung, dan disfungsi (kelainan fungsi) buah pelir yang menyebabkan kehilangan rangsangan seksual. Perawatan ditujukan pada pencegahan kerusakkan pada organ-organ dengan mengeluarkan besi dari tubuh melaui pengeluaran darah. Pada penyakit Wilson, ada suatu kelainan yang diwariskan pada satu dari protein-protein yang mengontrol tembaga dalam tubuh. Melalui waktu, tembaga berakumulasi dalam hati, mata-mata, dan otak. Sirosis, gemetaran, gangguan-gangguan psikiatris (kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf lainnya terjadi jika kondisi ini tidak dirawat secara dini. Perawatan adalah dengan obat-obat oral yang meningkatkan jumlah tembaga yang dieliminasi dari tubuh didalam urin.

5.      Primary biliary cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari sistim imun yang ditemukan sebagian besar pada wanita-wanita. Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan perusakkan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati. Pembuluh-pembuluh empedu adalah jalan-jalan dalam hati yang dilalui empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus, dan juga campuran-campuran lain yang adalah produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin. (Bilirubin dihasilkan dengan mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua). Bersama dengan kantong empedu, pembuluh-pembuluh empedu membuat saluran empedu. Pada PBC, kerusakkan dari pembuluh-pembuluh kecil empedu menghalangi aliran yang normal dari empedu kedalam usus. Ketika peradangan terus menerus menghancurkan lebih banyak pembuluh-pembuluh empedu, ia juga menyebar untuk menghancurkan sel-sel hati yang berdekatan. Ketika penghancuran dari hepatocytes menerus, jaringan parut (fibrosis) terbentuk dan menyebar keseluruh area kerusakkan. Efek-efek yang digabungkan dari peradangan yang progresif, luka parut, dan efek-efek keracunan dari akumulasi produk-produk sisa memuncak pada sirosis.

6.      Primary sclerosing cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak umum yang seringkali ditemukan pada pasien-pasien dengan radang borok usus besar. Pada PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar hati menjadi meradang, menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis. Pada beberapa pasien-pasien, luka pada pembuluh-pembuluh empedu (biasanya sebagai suatu akibat dari operasi) juga dapat menyebabkan rintangan dan sirosis pada hati.

7.      Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistim imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita. Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya pada sirosis.

8. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary atresia) dan akhirnya mengembangkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan dengan kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang menjurus pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin).

9.      Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit hati dan sirosis. 

  •     Gejala  sirosis hati
             Gejala yang timbul tergantung pada tingkat berat sirosis hati yang terjadi. Sirosis Hati dibagi dalam tiga tingkatan yakni Sirosis Hati yang paling rendah Child A, Child B, hingga pada sirosis hati yang paling berat yakni Child C. Gejala yang biasa dialami penderita sirosis dari yang paling ringan yakni lemah tidak nafsu makan, hingga yang paling berat yakni bengkak pada perut, tungkai, dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik pada tubuh penderita terdapat palmar eritem, spider nevi.

Beberapa dari gejala-gejala dan tanda-tanda sirosis yang lebih umum termasuk :
1.      Kulit yang menguning (jaundice) disebabkan oleh akumulasi bilirubin dalam darah
2.      Asites, edema pada tungkai
3.      Hipertensi portal
4.      Kelelahan
5.      Kelemahan
6.      Kehilangan nafsu makan
7.      Gatal
8.      Mudah memar dari pengurangan produksi faktor-faktor pembeku darah oleh hati yang sakit. 


Sumber : Dari Berbagai sumber