Pengertian HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh (sel darah putih), dimana untuk masuk ke
dalam tubuh virus ini akan merusak dinding sel darah putih sehingga sel darah
putih menjadi lemah dan tidak mampu lagi melawan kuman-kuman penyakit.
Penyebab
AIDS adalah virus HTVL-III (Human T-cell limpotropic virus tipe III).
Virus ini tergolong ke dalam retrovirus dari family retrovilidae semua protein
virus ini bersifat antigenic HTVL-III atau LAV (Limphdenopatys-asosiated
virus) sebagai halnya virus-virus yang mempunyai selubung-selubung ternyata
sensitive terhadap pemanasan 560 C selama 30 menit, dimana daya infeksinya
verkurang sebanyak 100 kali. Virus
ini cepat di inaktivasi oleh other, aseton, ethanol 20 %, beta propiolakton
(1:4000), NaOH (40 mmol/L) dan Glutarat Dehida 1%.
HIV pada tubuh
manusia dapat ditemukan dalam darah, sel sumsum tulang, cairan spinal, jaringan
otak, kelenjar limpa. Adapun masa inkubasunya :
a)
0-2 % setelah 2 tahun
b)
5-10 % setelah 4 tahun
c)
10-25 % setelah 6 tahun
d)
30-40 % setelah 8 tahun
HIV termasuk dalam famili retrovirus genus lentivirus.
1. Retrovirus mempunyai ciri :
-
Dikelilingi oleh membran lipid
-
Mengandung 2 copy RNA
-
Mempunyai variabel genetik yang banyak
-
Menyerang semua vertebra
-
Mempunyai kemampuan replikasi unik
2. Lentivirus mempunyai
ciri
-
Menyebabkan kronik infeksi
-
Kemampuan replikasi yang persisten
-
Menyerang CNS
-
Long periode clinical latent
Prognosis HIV
Terdiri
dari 2 periode/fase :
1.
Periode
jendela (window periode) -> HIV (-), 1-6 bulan.
Periode jendela adalah masa dimana orang tersebut
terinfeksi HIV. Dimana pada periode
ini bila dilakukan pemeriksaan laboratorium periode jendela (pemeriksaan
darah). Ini biasanya berlangsung 1 – 6 bulan dari sejak infeksi dimulai
menunjukan hasil negatif yang berarti antibodi belum dapat terdeteksi. Namun
orang tersebut mempunyai potensi sebagai sumber penularan.
2.
Periode AIDS à
7 – 10 tahun ODHA [Orang dengan HIV AIDS / HIV (+)]
Fase ini merupakan fase dimana orang tersebut mengidap
HIV yang disebut ODHA [Orang dengan HIV AIDS / HIV (+)]. Saat HIV masuk kedalam
tubuh manusia maka di mulainya masa inkubasi yang cukup lama, yaitu antara 7 –
10 tahun, dimana pada periode ini daya tahan tubuh orang tersebut /
kekebalannya menjadi sangat lemah karena berbagai infeksi lain yang disertai
gejala – gejala dan tanda–tanda bermacam–macam penyakit yang muncul secara
bertahap. Bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya penderita meninggal dunia.
Gejala Klinis
Seseorang yang terinfeksi HIV, mengalami beberapa fase
yaitu fase akut, kemudian fase laten, dan akhirnya masuk ke tahap AIDS.
v Pada fase akut/primer dapat timbul gejala berupa demam,
nyeri otot, nyeri sendi, rasa lemah yang berlangsung selama 2-6 minggu setelah
infeksi. Gejala tersebut dapat ringan sampai berat. Tidak semua penderita
mengalami gejala tersebut. Gejala infeksi primer ditemukan pada lebih dari 50%
orang yang terinfeksi.
v Pada fase laten, pasien tampak sehat dan tidak ada
tanda-tanda khusus terinfeksi HIV. Tahap ini berlangsung beberapa bulan sampai
5-10 tahun bahkan bisa >10 tahun untuk masuk ke tahap AIDS.
v Pada tahap AIDS terjadi penurunan system imun yang berat
sehingga dapat terjadi infeksi oportunistik (infeksi oleh virus, jamur atau
bakteri yang sebenarnya tidak berbahaya bila kondisi system imun normal).
Apabila sudah masuk pada tahap AIDS, maka akan timbul
gejala–gejala antara lain :
1.
Gejala
Mayor
ü
Berat
badan menurun.
ü
Diare
terus menerus atau berulang dalam waktu >1 bulan.
ü
Infeksi
saluran pernapasan bagian bawah yang parah atau menetap.
2.
Gejala
Minor
ü
Limfadenopati
generalisita (hepatosplenomegali).
ü
Kandidiasis
oral.
ü
Infeksi
bakteri dan atau virus yang berulang.
ü
Batuk
kronis.
ü
Dermatitis
yang luas.
ü
Encephalitis.
Penularan
Cairan tubuh yang potensial menjadi media penularan HIV
adalah: darah, air mani dan cairan vagina. HIV juga dapat ditemukan (dalam
jumlah yang tidak banyak) pada: Air susu ibu, air liur, air mata, air ketuban
dan cairan serebrospinal.
Cara penularan HIV bila ditinjau dari tempat ditemukannya
HIV dalam tubuh manusia, maka pada dasarnya HIV dapat ditularkan melalui:
1.
Melalui
hubungan seksual baik vaginal, oral maupun anal
2.
Melalui
parenteral, yang paling utama melalui suntikan obat secara intravena dan transfusi darah maupun produk darah
3.
Melalui
perinatal (perinatal transmission) dari ibu kepada bayinya, atau transplasenta
pada saat ibu hamil
4.
Para
pengguna obat bius yang menggunakan jarum suntik secara bersama
5.
Transplantasi
( penerimaan organ/jaringan)
HIV tidak ditularkan melalui jabat tangan, sentuhan,
ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan nyamuk,
memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.
Pengobatan
Hingga saat ini belum ditemukan terapi yang berhasil
dalam memperbaiki secara signifikan akan defisiensi imunitas seluler yang
mendasari penyakit AIDS ini. Pengobatan dari pada AIDS dewasa ini meliputi
terapi spesifik bagi penyakit – penyakit infeksi dan keganasan – keganasan,
disamping terapi suportif.
Pengobatan karena infeksi oleh virus, bakteri, parasit,
fungus dan lain – lain dapat diberikan pengobatan yang sesuai, sedangkan
pengobatan infeksi oleh HTLV-III/LAV, bisa diberikan zat–zat yang dapat
menghambat aktivitas reverse transkiftase seperti :
a.
Suramin.
b.
Antimoniotunngstate
( HPA-23 ).
c.
Trisodium
Fosphonoformate.
d.
Rekombinan
Interferon Alpha A2.
e.
Ribavarin.
f.
Ansamysin.
Pengembangan pengobatan yang optimal memerlukan
penelitian khusus yang terkendali dan harus disertai kriteria untuk penilaian
terhadap reaksi–reaksinya. Pengobatan jangka panjang dengan agen anti viral dan
agen imunomodulasi itu diperlukan untuk mengendalikan reflikasi HTLV-III/LAV
dan terapi efektif daripada AIDS.
Pengendalian
Tindakan pengendalian AIDS adalah melalui pendidikan yang
tertuju pada perubahan cara hidup dan perilaku individu–individu tertentu. Oleh karena
itu informasi lengkap mengenai penyakit AIDS ini perlu disebarluaskan kepada
masyarakat, terutama pada kelompok–kelompok dengan resiko tinggi terkena
infeksi.
Pencegahan
Pengembangan suatu vaksin yang efektif sangat penting
bagi pencegahan transmisi HCLV-III / LAV.
Tujuan utama vaksinasi adalah mencegah terjadinya infeksi
primer oleh virus. Keberhasilan vaksinasi akan ditentukan oleh adanya region
yang sangat khas dari antigen viral, terhadap antibody protektif.
Selain itu pencegahan terhadap virus HIV dapat dilakukan
dengan cara :
a.
Hindari
penggunaan jarum suntik berulang atau bersama
b.
Hindari
hubungan seksual dengan pengidap atau yang diduga terinfeksi HIV ( pencegahan
dengan menggnakan kondom )
c.
Hindari
penularan HIV melalui transfusi darah, komponen darah, transplantasi organ dan
jaringan dengan pemeriksaan antibodi terhadap HIV sebelumnya
d.
Jarum
suntik dan alat tajam lain bekas pakai, diperlakukan hati – hati sejak
pemakaian sampai pembuangan.
Penegakan
Diagnosis :
a.
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Umum :
Kurus, gejala akut atau kronik
Rongga mulut :
Oral candidiasis, HSV, OHL
Kelenjar getah bening: Lokasi, ukuran, konsistensi
Kulit :
PPE, dermatitis ceberoik, dermatofitosis
Paru :
Ronkhi
Sistem Syaraf Pusat :
Gangguan neurologis fokal
Mata :
Kelainan fundunskopi (Retinitis CMV)
Abdomen :
Organomegali
b.
Pemeriksaan
Laboratorium
Umum : Darah lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal
Imunologis : CD4/Limfosit
total
Virologis : Viral
load
Serologi : VDRL, Tes Mantoux, Antigen Cryptococcal, AntibodiToxoplasma
Penunjang : Thoraks Foto, CT Scan
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dipergunakan adalah
menggunakan metode ELISA atau EIA beberapa kali dengan tingkat sensitivitas dan
spesivitas yang berbeda. Pemeriksaan laboratorium lainnya dapat dilakukan
dengan metode HIV Rapid.
Sumber : Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar