Praktek Kimia Klinik
Pemeriksaan Spermatozoa
Sampel : Sperma
Pergerakan Sperma
Pemeriksaan Metode Giemsa
Pemeriksaan Dengan Lar. Eosin
Sperma Abnormal
|
Aku baru liat sperma ini mempunyai 3 (tiga) buah kepala , kebanyakan biasanya cuma berkepala 2 (dua) hihihii,, asikk :) |
Foto tersebut di ambil pada waktu praktek Kimia Klinik tadi. he :)
Pemeriksaan Spermatozoa
Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
A. Pemeriksaan Makroskopis
1. Likuefaksi (pencairan)
Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan diantara lendir putih yang cair. Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain enzim seminin. Untuk sperma yang normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20 menit.
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti terjadi gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.
2. Pemeriksaan Viscositas (Kepekatan)
Setelah terjadi likuefaksi, biasanya cairan sperma menjadi homogen, tetapi tetap menunjukkan suatu sifat kepekatan. Untuk mengukur suatu viscositas dari sperma yang termudah dengan jalan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik, maka akan terjadi benang yang panjangnya antara 3-5 cm. makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viscositasnya. Ada suatu cara yang lebih tepat untuk mengukur suatu viscositas dengan mempergunakan suatu pipet standar yang disebut Pipet Elliasson. Pipet ini mempunyai volume 0, 1 ml.
Prosedur :
- Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
- Kemudian tekanan dilepaskan.
- Tetesan pertama diukur dengan stopwatch.
Normal : 1-2 detik
Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat kurang berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang < 3 cm) maka zat koagulasi yang dihasilkan oleh vesicula seminalis terlalu sedikit atau enzim likuefaksi dari prostat terlalu banyak.
3. pH sperma
pH sperma cukup diukur dengan kertas lakmus, kecuali jika dalam suatu penelitian dapat dipergunakan alat elektrik. pH sperma yang normal menunjukkan sifat yang agak basa, yaitu : 7,2-7,8 dan pemeriksaan harus segera dilaksanakan setelah likuefaksi, karena pH sperma akan berubah bila sperma dibiarkan.
Makna klinis :
Bila pH > 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada pH < 7,2 disebabkan gangguan pada vesicula seminalis atau ductus ejakulatorius.
4. Bau sperma
Bau sangat merangsang dan khas. Bau normal : khas seperti bunga akasia. Orang barat mengatakan bau seperti : Chesnut Flower atau Flower of the Charob tree. Bau yang khas itu diperkirakan disebabkan oleh oksidasi spermin yang diproduksi oleh prostat. Adanya perubahan bau yang khas dari sperma dapat dihubungkan dengan kemungkinan adanya kelainan dari kelenjar tersebut.
Makna klinis :
Bau busuk pada sperma disebabkan oleh adanya infeksi. Bau yang tidak khas dilaporkan seperti amis, pesing dan berbau obat-obatan.
5. Warna sperma
Pengamatan warna dilakukan dengan menggunakan latar belakang warna putih dengan penerangan yang cukup. Warna normal : seperti warna lem kanji cair (translucens) atau putih keabuan. Warna kekuningan sering juga terlihat akibat dari pantangan yang lama atau pengaruh obat-obatan atau makanan tertentu. Kejernihan atau kekeruhan sperma sering pula menunjukkan hubungan konsentrasi sperma. Warna sperma yang jernih sering menunjukkan azoospermia.
Makna klinis :
Warna abnormal jika warna kemerahan menunjukkan hemospermia dan putih susu menunjukkan leukospermia.
6. Volume sperma
Sperma di tampung seluruhnya dalam botol kaca yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi, volumenya diukur dengan gelas ukur yang berskala 0,1-10 ml.
Normal : di Indonesia volume sperma berkisar antara 2-3 ml.
a. Aspermia : tidak ada spermatozoa dan tidak ada plasma semen, volume 0 ml.
b. Hypospermia : volume < 1 ml
c. Normospermia : volume 1-6 ml
d. Hyperspermia : volume > 6 ml
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira 20 menit setelah dikeluarkan.
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk pembuahan. Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian tengah itu dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas spermatozoa, yaitu :
- Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
- Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi motilitas dengan arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain (aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
- Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
2. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.
3. Motilitas Sperma
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas) spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat :
- Objek Glass
- Pipet tetes
- Cover glass
- Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass. Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
• Bergerak aktif (%)
• Bergerak tidak aktif (%)
• Tidak bergerak (%)
4. Pemeriksaan Vitalitas Spermatozoa
Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak cocok, spermatozoa tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika baik, ada kemungkinan spermatozoa bergerak lagi. Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan pengecatan vital atau vital staining. Cara ini digunakan untuk memastikan diagnosa nekrozoospermia.
Metode : Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.
Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan hasil dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.